Nathan terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia hanya sendirian setelah tadi meninggalkan Ari yang terus saja cerewet karena Nathan mengebut. Jalanan di depan sana sepnuhnya gelap, sampai kemudian Nathan menemukan jalan kecil yang bercabang dua. Laju mobil itu pun melambat. Nathan mencoba mengecek aplikasi map-nya, tapi tidak ada jaringan internet sama sekali. “Siaal...!” Nathan memukul setir dengan cukup keras. Mobil Nathan pun terhenti di persimpangan itu. Dia tidak tahu harus memilih jalan yang mana. Dia tidak tahu ke mana harus pergi sekarang. Nathan menjambak rambutnya sendiri dengan panik. Setelah itu Nathan mengempaskan kepalanya ke sandaran bangku mobil. Helaan napasnya terdengar jelas. Sedetik kemudian dia mengeluarkan sebuah kertas yang sudah kusut dari dalam kantong