“Jangan pergi, Ta!” Arka meraih tangan kiri Arista yang bebas karena tangan kanannya sudah berhasil meraih gagang pintu dan membukanya sedikit. Arista menoleh, menatap wajah Arka yang memelas. “Biarkan saya pergi, Pak. Nanti kalau sushinya sudah datang, saya antar ke sini kok. Bapak ngobrol aja dulu sama Arya. Kayaknya banyak yang mau diobrolin,” ucapnya tenang. Tapi sorot matanya tidak, ada gurat kekecewaan di sana. “Jangan pergi, Ta. Ayo ngobrol!” ajak Arka sembari melepaskan tangan Arista dari pegangan pintu. Kini kedua tangan kecil itu tergenggam di tangan besar miliknya. “Kak, biarin aja dia pergi. Ngapain dicegah?” seru Arya yang sedang santai duduk di atas sofa. Arka menoleh, menatap adiknya tajam. “Keluar, Arya!” desisnya marah. Adik bungsunya itu terhenyak. “Kok aku yang disu