“Maaf, Papa dan Om Hardi,” cetus Arya memasuki obrolan dua orang dewasa yang sedang berusaha menjadi besan itu. “Arya nggak setuju dengan perjodohan ini.” Kalimat Arya tentu membuat semua orang di ruangan tersentak kaget. Terutama Lia yang sempat menerima pernyataan cinta dari Arya langsung. Ya, meski tidak terang-terangan mengucapkan cinta, tapi Arya jelas-jelas meminta izin untuk mendekatinya. Lia melotot ke arah pria tampan berwajah tengil itu, tak terima. “Masa aku ditolak dua kali?” gerutunya dalam hati. “Apa maksud anakmu itu, Yaksa?!” sembur Hardi geram. Wajahnya sudah memerah, urat di lehernya kentara ketika bicara. “Tenang, Om.” Arya mengangkat kedua tangannya. “Saya bukan mau menolak anak Om. Saya cuma nggak suka dijodohkan. Perjodohan semacam ini sudah kuno, Pa.” Ia beralih