“Lo secinta itu sama dia?” tanya Emir prihatin. “Gue?” Arka terdiam sejenak, membalas tatapan Emir sembari berpikir. “Nggak tahu,” lanjutnya seraya menggeleng lemah. “Iya, Ka. Lo secinta itu sama dia. Arista berhasil menempati posisi paling spesial di hati lo. Gue yakin, sebenarnya lo udah jatuh cinta sama dia jauh sebelum kalian bertunangan. Hanya saja, semua perasaan spesial lo ke dia itu lo artikan sebagai kenyamanan punya rekan kerja yang kompeten.” Arka bungkam, menyimak untaian kalimat yang diucapkan sahabatnya. “Yah, gue nggak heran sih. Posisi lo sama Arista emang atasan dan bawahan, makanya ketika perasaan itu muncul, ya… lo tinggal mengartikannya sebagai kepuasan lo sebagai atasan terhadap kinerja bawahan lo.” “Kenapa lo bisa mengartikan begitu?” tanya Arka penasaran. “Kare

