Nola baru saja tiba di apartemen sepulang dari bekerja ketika mendengar suara isak tangis dari apartemen Arista yang setengah terbuka. Karena penasaran, ia melongokkan kepala ke dalam. “Rista? Lo di dalam?” Ia celingukan melihat ke dalam apartemen. Tapi bukannya jawaban, justru isak tangis Arista yang semakin keras terdengar. Kondisi unit apartemen itu gelap gulita. Tak ada satu pun lampu yang menyala. Lalu ketika Nola masuk dan menyalakan lampu, ia nyaris terlonjak kaget karena Arista meringkuk dengan wajah tertutup rambut di ruang tengah apartemen itu. “Ya ampun, Ris! Hampir aja gue jantungan!” umpat Nola kesal. Ia buru-buru menghampiri sahabatnya karena wanita itu tak juga berhenti menangis. Nola duduk di sebelah tubuh Arista yang berguncang hebat. Menyentuh pundaknya lembut. “Rist

