Sehari sebelumnya, sesaat setelah makan malam di rumah eyang Ni. Wanita sepuh itu memanggil Lia secara khusus ke kamarnya. Semua orang bingung mengapa eyang Ni bersikap demikian, tak terkecuali Lia. Pengalamannya diusir dari rumah eyang Ni tentu membuatnya sangat keheranan. Meski begitu, Lia tetap menuruti panggilan eyang Ni. Ia memasuki kamar terbesar di rumah induk itu dengan hati-hati. Rupanya, eyang Ni sudah menunggunya, duduk di tepi ranjang. “Kemarilah, Nak,” ucap eyang Ni lembut sembari menepuk ruang kosong di sebelahnya. Lia menelan ludah gelisah. “Ke mana nenek-nenek yang tega ngusir aku waktu itu? Kenapa sekarang jadi gini? Duh, deg-degan! Mau ngapain sih dia nih?” gerutu Lia dalam hati. Gadis berwajah cantik itu duduk di sebelah eyang Ni gugup, punggungnya ia tegakkan, selur

