Sejak malam naas itu, Arista tumbuh dengan kemarahan pada takdir hidupnya. Satu hal yang ia ingat adalah, keluarga papanya adalah keluarga kaya raya, tapi mengapa tak ada satu pun dari mereka yang datang untuk mengentasnya dari kehidupannya yang menyedihkan di panti asuhan?
Pertanyaan besar ini membuat mata Arista tertutup dari pertanyaan besar lain, mengapa Satya bisa mengetahui bahwa dirinya adalah putri sambung mendiang Yudhistira?
Arista memaki dalam hati begitu keluar dari pemakaman khusus itu, ia lupa bahwa hari ini ia tak membawa mobilnya. Jadi untuk membawanya ke tempat selanjutnya, ia harus menunggu lagi. Padahal langit sudah semakin gelap.
“Ini gimana? Harus ke mana dulu?” gumamnya panik. “Langsung ke rumah om Satya aja deh. Oh iya… dia ‘kan pergi nggak tahu ke mana. Aduh….” A
