Pukul setengah dua belas siang, Arista dan Arka baru selesai meeting dengan kuasa hukum Mahesa Grup. Pada akhirnya, mereka mengkaji kembali perjanjian kerjasama dengan perusahaan yang dipimpin Hardiyanto. Dalam kesepakatan mereka, pihak yang membatalkan kerjasama sepihak akan dikenakan denda. Dan sepertinya, Hardiyanto akan dengan sukarela membayar nominal yang tidak kecil itu demi harga diri keluarganya. “Orang kaya tuh memang nggak bisa ya nggak bawa-bawa kerjaan kalau marah?” Celetuk Arista saat mereka berjalan beriringan keluar dari ruang rapat. “Nggak juga sih. Om Hardi aja yang begitu. Beliau memang terlalu sayang sama anak bungsunya.” “Oh, Lia itu anak bungsu? Kirain anak tunggal.” “Dia punya kakak laki-laki, kerja bareng Om Hardi di perusahaan mereka. Bayangin jadi satu-satunya