Dering telepon yang berasal dari ponsel Arka berhasil mengembalikan akal sehat Arista. Wanita itu segera melepaskan pagutan yang menyisakan nafas terengah dari keduanya. “Ada telepon, Mas,” lirih Arista. Ia tertunduk, tak berani menatap wajah Arka yang teramat dekat darinya. Arka berdehem pelan. Memberikan satu kecupan singkat di bibir sang dara lantas berlalu ke meja makan. Meraih ponsel yang berdering nyaring. “Halo, Pa?” Sapa Arka setelah melihat nama papanya tertera di layar ponsel. “Kamu di mana? Kenapa nggak pulang ke rumah?” suara Yaksa dibayangi sedikit kekhawatiran. “Di apart, Pa.” Arka melirik Arista sekilas, wanita itu melanjutkan kegiatannya mencuci peralatan bekas makan mereka. “Ada apa, Pa?” “Jadwalkan meeting dengan kuasa hukum perusahaan besok lusa. Sepertinya Hardiya