"Kal ...." Tangan Liu yang panjang terjulur di tengah udara kosong, penciumannya dengan segera bersinggungan dengan bau-bau familier rumah sakit. Ranjang tempatnya berbaring masih sama tinggi, kepalanya masih beralaskan bantal empuk berseprei putih. Ini masih sama seperti kemarin, hampa, dingin. Tidur nyenyak barusan terasa begitu lama ketika dia memimpikan Kal. Sayangnya tidak ada siapa-siapa saat Liu bangun. Bahkan Kal tidak ada. Beberapa orang pernah berkata, yang hadir dalam mimpi biasanya adalah orang yang sebelum tidur selalu kau rindukan sosoknya. Dan itu benar. Pagi sampai malam, Liu selalu memikirkan Kal tampan absen. Liu benar-benar merindukan sosok Kal. Setelah sekian menit tersenyum seperti orang bodoh, Liu akhirnya bergerak sedikit. Lukanya tidak sakit, dan dadanya terasa