Gibran tak henti tersenyum melihat bibir istrinya yang mengerucut. Masih dengan handuk kecil yang membungkus rambut panjangnya, Nada makan dengan cepat. Menjadi pemilik perusahaan tak lantas membuat dua manusia itu bebas bersikap semaunya. Justru ada banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan, karena Gibran selalu menegaskan jika dirinya beserta petinggi di sana harus memberikan contoh yang baik pada karyawan. "Sini, biar aku suapin." Gibran mengambil alih sendok di tangan istrinya, dan lagi-lagi ia terbahak mendapati wajah cemberut Nada yang tentunya sangat menggemaskan di matanya. "Jangan marah, kalau melayani suami itu yang ikhlas biar dapat pahala." "Aku bukannya nggak iklhas, kamu tuh, Mas. Yang sudah seperti orang nggak kenal waktu. Kita jadi makan dengan buru-buru seperti ini."