Gibran mengerjapkan matanya pelan, kelopak mata itu terbelah sempurna lalu dengan cepat tertutup kembali tatkala sinar matahari yang menerpa retina lelaki itu terasa menyilaukan. Gibran merasa ruang geraknya terbatas, dadanya terasa berat. Detik berikutnya lelaki itu terperangah begitu melihat posisinya dan juga Nada yang cukup intim dengan kulit mereka yang saling menempel tanpa penghalang. Pemuda itu terkejut mendapati dirinya dalam keadaan polos, tak lama setelahnya ingatan akan kejadian semalam kembali melintas dalam benaknya. Gibran menghela napas berat. Jika ditanya apa dia menyesal telah mengulang malam panas bersama Nada? Gibran tak tahu jawabannya, tapi yang jelas ada rasa lega yang tak bisa ia deskripsikan. Gibran mengubah posisinya menyadari wanita dalam dekapannya itu mengg