“Kan, dipeluk udah, tapi maunya yang lama.” Deva bicara dengan mata sembab. “Enggak bisa di sini kayaknya, Deva.” Rizki tersenyum lalu mengusap sisa-sisa air mata di pipi Deva. “Ke rumah Mas Rizki aja, gimana?” Deva memberikan ide. Rizki meletakkan telunjuknya di dahi Deva lalu mendorong kepala perempuan itu dengan pelan, “Jadi, yang pengen macem-macem itu siapa sebenarnya? Hm?” Deva tersenyum. “Pamit sama mama dulu, Mas.” Safina datang ke ruang tengah rumah membawakan air minum untuk RIzki. “Di minum dulu ya, Nak Rizki.” “Iya, Tante. Makasih ya.” “Ma, aku mau pergi sama mas Rizki boleh?” “Boleh aja. Memangnya mau ke mana sih?” tanya Safina penasaran. “Mau jalan-jalan, Ma. Mama mau ikut?” “Enggak deh. Mama enggak mau gangguin yang lagi pacaran.” Rizki menghabiskan air yan