“Aku tetap akan merawat kandunganku sampai dia lahir. Aku enggak setega itu kalau harus membunuh janin ini. Dia tidak bersalah, yang salah itu orang tuanya, yang berdosa orang tuanya. Aku enggak mau lagi nambah dosa dengan membunuh janin di rahimku.” Mata perempuan itu memerah menahan air mata yang hampir keluar. Dafi menoleh menatap Mahendra. Dia masih berpikir bagaimana caranya agar sahabatnya itu mau bertanggung jawab. Kalau Mahendra masih kukuh tidak mau bertanggung jawab, maka Dafi tidak mau lagi berteman dengan pria itu. “Kamu enggak kasihan sama Fita? Dia ini hamil tanpa suami dan harus menanggung semuanya sendirian. Sekarang aku lihat kamu tuh kayak lihat b******n yang mau enaknya sendiri, tapi enggak mau tanggung jawab.” Dafi melihat Mahendra seperti pria yang mengerikan di mata