Ara terdiam, bingung bagaimana harus menjelaskan tentang rencananya pada Nina. Ara pun sebenarnya tak ingin merahasiakan hal tersebut. Namun, ia harus sangat berhati-hati, khawatir terendus pihak tertentu dan justru menuai permasalahan pelik. Nina mengusap air matanya, memaksakan senyum pada Ara. “Bagus ngga?” tanya Nina kemudian. Masih sengau. “Banget,” jawab Ara. “Nina?” “Nina suka kok Ara. Makasih hadiahnya.” “Nanti, kalau kita sudah menikah, apa pun yang Nina mau, pasti Ara usahain. Ya? Jangankan gaun pengantin. Dan ngga perlu pakai voucher, semahal apa pun pasti Ara beli,” ujar Ara, melirih sehingga hanya bisa ditangkap pendengaran keduanya. “Iya, Ara.” “Jangan sedih ya?” “Mas Rio ….” “Ara masih dekatin Mas Rio terus kok. Nina tenang aja. Oke?” ujar Ara lagi seraya mengusap le