Ara menatap jam di dinding kamar Gala. Ara kecil sudah terlelap pulas dan larut dalam mimpi indahnya setelah menceritakan banyak hal yang ia alami pada sang ayah. Pukul satu dini hari. Dengan gerakan seringan kapas, Ara menarik tangannya dari bawah kepala Gala. Ia mengusap-usap lembut surai Gala selama beberapa saat agar sang putra tak terbangun. Setelah memastikan tidur Gala tak terganggu, barulah Ara mengendap-ngendap meninggalkan ruangan tersebut. Ia melangkah menuju living room, tempat di mana Nina berada. Televisi di ruangan itu masih menyala, menyiarkan sebuah film romansa klasik. Namun, bukan Nina yang menonton, melainkan perangkat itu menyimak Nina yang tertidur. Ara pun duduk perlahan di samping Nina. Ia meraih tumbler berwarna hijau tua dengan selembar sticky notes tertempel