Nina gegas menyisip kala Ara berbalik hadap dan meraih handle pintu, menjadi penghalang agar Ara tak mampu menarik papan kayu di balik punggung Nina. Kedua tangan Nina melingkar di tubuh Ara, memeluk erat dengan kening yang bersandar di bahu kiri kekasihnya. Selama beberapa saat tak ada kata yang tersuarakan. Ara diam saja, sementara Nina enggan melonggarkan dekapannya. Hingga … tubuh Ara yang kaku karena amarah perlahan tenang kembali. “Apapun yang Nina pikir, satu-satunya alasan yang membuat Ara di sini hanyalah karena Ara masih sangat mencintai Nina. You don’t have any idea how much I love you!” Nina akhirnya mengendurkan rengkuhannya, memberi sedikit ruang agar ia bisa menatap wajah Ara. Paras tampan itu masih kaku dan nampak gusar. Nina memindahkan kedua tangannya, menangkup wajah