Bel kecil di atas bingkai kayu berdenting saat Ara menarik pintu kafe. Ara suka sekali bunyi lonceng seperti itu. Seperti tengah masuk ke dunia dongeng. Ditambah aroma tempat tersebut, sungguh ia merasa tengah memainkan peran sebagai Hansel. “Aku mau mengambil pie pesananku,” ujar Ara saat antrian yang cukup panjang di toko itu akhirnya terurai juga. Sang kasir mengangguk, menerima bon pembayaran yang Ara sodorkan. “Kau butuh yang lainnya, Tuan?” tanyanya kemudian. “Apakah itu chestnut panggang?” tanya Ara seraya mendelik ke tray di balik punggung sang kasir. “Betul. Kau mau?” “Ya. Aku mau empat pounds. Juga … tumbler anak-anak dengan gambar ikan paus itu,” jawab Ara seraya menunjuk ke etalase kayu yang menampilkan beberapa merchandise toko. “Tapi kami tidak menggunakan box sebagai p

