8.3

1990 Kata

Rehan lupa kalau Amira dan Umar baru akan berhenti kalau keduanya ingin. Alhasil ia memutuskan untuk parkir di pinggir jalan kemudian duduk di trotoar dengan kedua tangan menyangga dagunya. Tak lupa menatap pada sepasang manusia amoral yang menunjuk-nunjuk aset pribadi lawan bicara sehingga tidak sedikit yang memperhatikan. “Oh, udah pada bubar,” bisik Rehan melihat Amira yang mendekat ke arahnya. Amira mendudukkan dirinya di trotoar dengan kasar kemudian menatap pria tidak tau malu yang mengata-ngatai dadanya. “Lo kenapa lesu begitu, Han?” “Ra.. gue mau nikah,” aku Rehan lesu. “Sama Egin ‘kan? Awas aja kalo lo nikahnya ga sama sahabat gue. Gue bikin smoothie pisang lo ntar,” ucap Amira karena kalimat bahagia yang barusan Rehan sampaikan padanya terdengar seperti vonis penyakit memat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN