Gerakan Hayes kini cepat, menuntut, didorong oleh amarahnya yang bercampur hasrat. Ia menampar punggung Luna dengan lembut, sebagai penekanan pada otoritasnya. "Ingat janji kita!" tuntut Hayes. "Aku akan menurut!" Luna menjerit, suaranya serak. "Aku milikmu!" "Aku butuh kamu!" Hayes mendesis, mendorong tubuhnya ke dalam Luna, saat Luna mencapai klimaks. "Aku cinta kamu, Hayes!" Luna tiba-tiba berteriak, sebuah pengakuan yang mengejutkan, lolos dari bibirnya tanpa sadar. Hayes membeku. Ia tidak membalas kata-kata itu. Ia hanya mencapai klimaksnya dengan dorongan terakhir yang kuat, napasnya terengah-engah, menenggelamkan pengakuan Luna itu di bawah curahan air panas. Setelah gairah mereda, Hayes mematikan pancuran. Keheningan tiba-tiba terasa memekakkan telinga, hanya diselingi

