Suara tawa Luna memenuhi ruang keluarga sore itu. Suara jernih yang riang, melodius, dan seakan mampu mengusir segala debu dari sudut rumah yang terlalu lama hening. Rumah Ludwig memang besar, tapi sejak kepergian Evelyn, kehangatannya perlahan menguap. Ada Axel, tentu saja, tapi anak muda itu sering kali tenggelam dalam dunianya sendiri. Hayes terbiasa dengan kesunyian. Bahkan mungkin ia sudah berdamai dengannya. Namun hari ini berbeda. Hayes duduk di kursi pojok, sebuah laporan kerja terbuka di tangannya. Ia berusaha tampak sibuk membaca grafik pertumbuhan perusahaan cabang luar negeri, tapi matanya tidak benar-benar menelusuri kata-kata. Fokusnya tertarik ke arah lain—ke gadis muda yang duduk di karpet, bersila di samping Axel. Rambut panjang Luna jatuh menutupi sebagian wajah, tapi s

