“Bikin apa?” Ben melingkarkan lengannya di pinggang Kaia, mencium pipinya lembut. Tangannya mengusap perut Kaia yang sedikit membuncit dengan gerakan pelan. Kaia tersenyum, menoleh sekilas. “Muffin cokelat. Bapak mau?” Ia menyodorkan satu cup kue muffin bertabur cokelat chip itu. Ben menunduk, menggigit permukaan kue itu, kemudian mengunyahnya pelan. Menikmati sensasi pahit dan manis yang memenuhi mulutnya. “Enak nggak?” tanya Kaia antusias. “Enak. Tapi agak pahit, ya?” Kaia tertawa kecil. “Kalau kue cokelat, saya lebih suka yang agak pahit. Bapak suka yang manis?” “Iya. Kayak ini.” Tangan Ben menyentuh dagu Kaia, menolehkan wajah sang istri lalu menangkap bibirnya dalam ciuman yang lembut. “Manis,” lirihnya setelah ciuman singkat itu berakhir. Wajah Kaia memerah seketika, tapi ia t