Ben membungkus tubuh Kaia dengan handuk lalu menggendongnya keluar dari area kolam renang. Kaki Kaia masih melingkari pinggang Ben, lengannya masih berpegangan ke leher Ben. “Saya bilang kan di kolam aja. Kok kita ini mau ke mana?” Kaia protes saat Ben terus berjalan melewati ruang tengah dan menaiki anak tangga. Air kolam menetes di lantai yang mereka lewati. Tapi Ben tak peduli, ia lebih peduli dengan kejantanannya yang berkedut meminta haknya. “Enggak, Kai. Kolam itu ruang terbuka. Meski pintunya sudah dikunci, tirainya sudah ditutup, potensi buat orang ngintip masih besar. Masih ada yang bisa ngintip dari balkon lantai dua.” “Tapi kan udah pada tidur semua.” Kaia masih melanjutkan aksi protesnya. “Kamu lupa punya kebiasaan teriak-teriak? Mereka pasti langsung bangun begitu denger