“Katakan, Farel, kenapa kamu pergi ke makam Damian?” Ben mendesis penuh ancaman, menghunjamkan tatapan tajam pada Farel yang duduk santai di hadapannya. Selepas dari pemakaman tadi, Ben dan Kaia langsung bertolak ke lapas untuk menemui Farel. Ben yakin seratus persen bahwa orang yang meletakan bunga di atas makam Damian adalah Farel. Karena hanya mereka berdua yang tahu letak makam Damian itu. “Karena Papa selalu mengajakku ke sana tiap tahun.” Farel memberikan jawaban yang sama untuk pertanyaan yang sama selama lima menit terakhir. Dan itu membuat Ben nyaris menggebrak meja yang memisahkan mereka jika Kaia tidak menahan lengannya. “Mas, sabar, Mas,” bisik Kaia sambil membelai lengan Ben lembut. Ben harus menggertakkan giginya dan menarik nafas dalam agar amarahnya tidak meledak. “Pe