Aldrian sama sekali tidak kerepotan, mengurus seluruh kekayaan Guvano di dalam genggaman. Menikmati bagaimana ia bisa hidup makmur dengan harta melimpah. Membuat rasa bersyukur itu hinggap di jiwanya yang haus akan ke istirahatan. Kenyataan mengelola perusahaan besar yang berdiri kokoh, dengan sejuta cabang di berbagai negara sedikit membuat hidup Aldrian kerepotan. Menjadi seorang penerus dengan gelar CEO, membuat hidupnya semakin sibuk dari hari ke hari. Langit sudah terlihat kelam, dan bisakah sinar matahari tidak berubah menjadi jingga sekarang. Seharusnya saat ini Aldrian berada di dalam mobil kesayangannya melaju membelah kemacetan dan berakhir dengan tubuh letihnya dalam genggaman hangat pelukan sang istri tercinta. Tetapi itu hanya keinginan yang tidak terkabulkan.