“Kenapa?” Tanya Dion sok penasaran, padahal sudah tahu. “It-itu kamu- “Itu apa sayang?” Tanya Dion lembut, lalu menatap ke dalam mata Sania yang tampak gugup dan menelan salivanya kasar. “Mas! Kamu minggir dulu.” Sania mencoba untuk mendorong Dion. Bukannya terdorong. Malahan Dion semakin merapatkan dirinya dengan Sania. Dion tertawa kecil ketika wajah Sania memerah dan tampak gelisah sekarang. “Itu saya bangun. Kamu sudah tahu, kalau milik saya itu baperan. Dan dia mau minta dipuaskan oleh kamu. Sayang, kita sudah menikah- “Nikah kontrak!” Sela Sania merubah tatapannya menjadi tatapan datar. Dion tertawa kecil. “Nikah sungguhan juga tidak masalah. Jangan pedulikan ucapan saya dulu, sekarang kita pikirkan… hem… bagaimana kalau kamu benar puaskan milik saya yang di bawah sini?” Tan