Darren tampak gelisah. Matanya melirik Celina sekilas sebelum akhirnya beralih pada ibunya, Karina, yang masih menunggu jawaban darinya. “Mama, nanti kita bicara di tempat lain,” ujar Darren pelan, berharap mamanya tidak memperpanjang masalah di depan Celina. Namun, Karina mengerutkan dahi. “Kenapa harus nanti? Jawab sekarang, Darren. Terus, rahim siapa yang mau kamu periksa?” Celina menundukkan kepala, berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap netral. Ia sudah menduga akan mendapat pertanyaan seperti ini. Darren berpikir cepat. Jika ia mengatakan yang sebenarnya, maka rahasianya akan terbongkar, dan Talita pasti akan tahu lebih cepat dari yang ia harapkan. “Oh, itu … bukan apa-apa, Ma,” Darren akhirnya menjawab. “Ada salah satu karyawan perusahaan yang mengalami masalah kesehatan, dan