Bab 92. Pengakuan Sheren

1427 Kata

Di sebuah sudut coffee shop rumah sakit Brawijaya, suasana terasa tenang meski ada lalu-lalang perawat dan keluarga pasien yang sibuk dengan urusan masing-masing. Aroma kopi yang menguar memenuhi ruangan, berpadu dengan denting halus cangkir dan piring yang beradu di meja-meja kecil. Di salah satu sudut ruangan, seorang wanita paruh baya dengan penampilan anggun duduk dengan gelisah. Karina, mamanya Darren, terus melirik ke arah pintu masuk, menanti seseorang yang sudah lama tidak ditemuinya. Tak lama kemudian, seorang wanita lain memasuki coffee shop. Sheren. Dengan pakaian elegan dan raut wajah yang masih memancarkan keteduhan, ia melangkah dengan mantap menuju meja tempat Karina menunggu. Saat tatapan mereka bertemu, ada sekelebat emosi yang sulit dijabarkan—antara rindu, kekecewaan, d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN