Keesokan pagi, langit Jakarta masih berselimut kabut tipis ketika Darren melangkah keluar dari mansion orang tuanya. Angin pagi menyapu wajahnya dengan lembut, namun tak mampu meredam semangat membara di dadanya. Ia menenteng sebuah kantong besar berisi pakaian dan mainan yang ia beli kemarin, khusus untuk Alby. Langkahnya cepat dan mantap menuju mobil, seakan takut harinya akan berlalu tanpa kesempatan untuk bertemu sang anak. "Darren, sarapan dulu, Nak!" panggil Karina dari ruang makan. Namun, Darren hanya menoleh sebentar, mengangguk kecil, dan menjawab dengan cepat, "Nanti saja, Ma! Aku harus pergi sekarang. Nanti aku kabari!" Karina menghela napas pelan, menatap punggung putranya yang menghilang di balik pintu. Matanya masih menyimpan air bening karena haru yang belum juga reda sej