Hari itu berjalan cepat. Darren menghabiskan waktu di luar kantor, menunggu kabar dari Celina. Ia tak berani terlalu sering menghubungi, hanya mengirim satu pesan siang itu: “Gimana Alby di kantor? Jangan lupa makan siang ya. Aku tunggu kabar kalian.” Namun tak ada balasan. Hingga senja mulai turun, Darren memutuskan pergi ke kafe kecil dekat kantor Celina. Ia duduk di pojokan, menyesap kopi sambil terus menatap ponsel. Ketika waktu menunjukkan pukul lima sore, ponselnya akhirnya bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari Celina. “Kami baru selesai meeting. Alby mulai rewel. Mas bisa jemput sekarang?” Darren langsung berdiri, nyaris menjatuhkan kursinya. Ia meraih jas-nya, membayar dengan cepat, dan berlari menuju mobilnya. Sambil menyetir, dadanya berdegup kencang. Hari ini… ia bisa menganta