Mentari pagi sudah menyinari halaman belakang mansion dengan lembut. Embun di ujung-ujung daun mulai menguap, berganti dengan kehangatan sinar matahari. Setelah sarapan yang hangat dan penuh tawa tadi, Alby berpamitan sebentar ke kamarnya untuk mandi. Nirina yang sudah lebih tenang, memilih tetap di dapur. Ia merasa lebih nyaman saat tangannya sibuk. Kini ia berdiri di meja dapur dengan celemek sederhana, sibuk mengaduk adonan tepung sambil menyiapkan potongan pisang tanduk matang. Minyak sudah mulai dipanaskan di wajan. Tangannya cekatan mencelupkan potongan pisang ke dalam adonan, lalu meletakkannya satu per satu di minyak panas. Aroma harum langsung menyebar, memanggil siapa pun yang ada di dekat dapur. Tak lama, langkah kaki terdengar dari arah ruang makan. Alby muncul, kini sudah