Udara sejuk menyusup melalui celah jendela yang terbuka sedikit, membawa aroma embun dan wangi samar bunga melati dari taman belakang. Langit Jakarta yang masih bersemu jingga perlahan beralih biru muda. Burung-burung berkicau pelan, dan suara air dari pancuran kolam ikan di halaman belakang jadi latar alam yang menenangkan. Di dalam kamar tamu yang nyaman, Nirina membuka mata perlahan. Tidur malamnya tak sepenuhnya lelap, tapi cukup untuk membuat tubuhnya sedikit lebih segar. Ia menatap langit-langit kamar beberapa detik, lalu mengusap wajah. Wajah pria bertopi hitam itu kembali melintas di benaknya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Namun, ia mengingat kembali pelukan Celina semalam. Kata-kata lembutnya. Pesan dari Alby yang terus masuk, menguatkannya. Semua itu jadi tameng yang menena