Tujuh bulan telah berlalu sejak acara tasyukuran empat bulanan dipanjatkan dengan penuh haru. Kini, perut Celina makin membulat sempurna, membentuk lengkungan indah yang mengisyaratkan kehidupan baru yang tumbuh dalam dirinya. Kulit wajahnya semakin bercahaya, pipinya bersemu merah muda alami, dan meskipun tubuhnya lebih berisi, ia justru terlihat semakin menawan. Darren, di sisi lain, menjadi jauh lebih protektif dari sebelumnya. Ia enggan membiarkan Celina bergerak terlalu jauh darinya, bahkan ke dapur pun kadang ia ikut serta. Darren yang dulu sempat mengalami ngidam simpatik kini sudah jauh lebih tenang, apalagi setelah memasuki trimester akhir, gejala-gejala aneh itu perlahan menghilang. Namun, rasa waspadanya justru meningkat. Seperti siang ini, saat Celina mendadak mengutarakan ke