Di dalam ruang rawat inap yang masih dipenuhi suasana haru, Celina masih menggenggam album foto di pangkuannya. Jemarinya dengan lembut menyentuh setiap gambar, mencoba merasakan kehangatan yang terpancar dari senyuman mamanya di dalam foto-foto tersebut. Sheren duduk di sampingnya, sesekali mengusap rambut Celina dengan penuh kasih sayang, sementara Emir berdiri di dekat jendela dengan tatapan menerawang. Suasana yang sempat tenang tiba-tiba terganggu oleh suara ponsel Emir yang bergetar di sakunya. Pria paruh baya itu merogoh ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar. "Latif," gumamnya, sebelum akhirnya mengangkat panggilan tersebut. "Ya, Latif? Bagaimana hasilnya?" tanya Emir dengan suara tenang namun tegas. Celina dan Sheren menoleh sekilas, menyadari ada sesuatu yang serius d