Lampu sorot berkelip gila. Musik dentum tinggi membelah malam. Di tengah keramaian club malam kawasan SCBD yang tak pernah tidur, tubuh-tubuh bergerak tanpa irama pasti. Yessy—dengan gaun merah menyala dan eyeliner tebal—menyatu dalam hiruk-pikuk, berputar dan meliuk seperti tak punya beban. Gelas wine di tangannya sudah setengah kosong, pipinya merah karena alkohol, tapi matanya justru semakin tajam. Di sampingnya, seorang pria berjaket kulit bernama Heri, ikut menikmati alunan beat. Mereka saling tertawa, saling mendekat. Tangan Heri sempat melingkar di pinggang Yessy, dan bukannya menghindar, Yessy malah tertawa lebih keras. “Hei,” teriak Heri di dekat telinganya, mencoba mengalahkan suara DJ yang memainkan remix house music. “Kamu malam ini gila banget!” Yessy membalikkan badan, me