Mentari baru saja muncul di balik jendela kaca rumah sakit. Cahaya lembutnya menerobos tirai tipis, tapi tak cukup untuk menghangatkan suasana hati Nirina dan Dinda. Mereka duduk diam di bangku besi ruang tunggu IGD sejak semalam, tak beranjak, hanya sesekali berganti posisi karena pegal. Mata keduanya sembab, kantuk tak lagi terasa karena yang ada hanya cemas dan gelisah. “Ibu kamu belum sadar juga ya?” tanya seorang perawat yang lewat, suaranya pelan namun terdengar jelas. Dinda mengangguk pelan, mengusap wajahnya yang dingin. “Belum, Mbak. Belum ada reaksi apa-apa ...” Nirina, yang duduk sambil memeluk lutut, bangkit berdiri ketika dokter jaga masuk ke IGD dengan map di tangan. “Dok,” ucapnya cepat, “bagaimana kondisi Mama saya?” Dokter itu mengangguk kecil. “Kami sudah pantau seja