Celina menatap ragu saat wanita paruh baya itu memintanya masuk ke dalam mobil mewah. Banyak pertimbangan-pertimbangan yang mulai menguasai pikirannya. “Ayo Celina! Masuklah, saya antar kamu pergi.” Ini bukan lagi ajakan tapi desakan yang ditunjukkan oleh Karina. Bahkan pintu mobilnya sudah terbuka secara otomatis. “Ta-Tapi, Nyonya, saya takut merepotkan —“ “Sudah Celina, tidak akan merepotkan ... jangan menolak, kemari lah.” Tangan Karina sudah melambai, sehingga akhirnya dengan rasa canggungnya itu Celina menerima ajakan mamanya Darren. “Maaf Nyonya, saya duduk di mana?” tanya Celina sangat berhati-hati, mengingat sikap Darren yang begitu arogan padanya mengenai tempat duduk lantas terbesit menyamakannya terhadap Karina. “Duduklah di sini,” pinta Karina dengan lembutnya sembari menu