Begitu mobil kantor berhenti di basement, Nirina buru-buru meraih tas kerjanya yang tadi dititipkan di bagasi. Ia masih bertelanjang kaki, heelsnya dijinjing di tangan kanan, napasnya sedikit lega. Tugas makan siang bisnis bersama klien Jepang berhasil dilalui, dan yang lebih penting, Alby tampak puas. Tapi sekarang, ia hanya ingin kembali menjadi dirinya sendiri. Langkah cepat membawanya menuju toilet karyawan di lantai tiga, tempat ia biasa merapikan diri. Sambil berdiri di depan cermin, ia mulai melepaskan blazer, lalu mengganti rok sepan elegan itu dengan celana kulot hitam favoritnya yang longgar dan nyaman. Ia kembali mengenakan kemeja warna navy miliknya—tidak seketat blazer boutique, tapi cukup rapi dan bersih. Sneakers lusuh yang tadi dikritik Alby pun kembali dipakai, terasa jau