Talita merasakan darahnya berdesir naik ke kepalanya. Mata indahnya yang biasanya penuh percaya diri kini membulat tak percaya. Ia menatap Yunus dengan sorot tajam, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Celina yang duduk anggun di samping Darren. Rahangnya mengeras, jemarinya mengepal erat di atas meja. “Apa maksudnya ini?!” bentaknya tanpa bisa menahan diri. Ruangan meeting yang awalnya penuh dengan bisik-bisik langsung hening. Semua orang menatap Talita dengan kaget. Darren sendiri masih terpaku di tempatnya, tubuhnya menegang, tidak menyangka kalau Celina akan diperkenalkan dengan status seperti itu. “Bu Talita, mohon tenang. Meeting akan segera dimulai,” ujar Yunus dengan tenang namun tegas. Sebenarnya bukan hanya Talita saja yang terkejut, bahkan Celina dalam diamnya pun terke