Keesokan harinya, langit Jakarta mendung, tapi suasana lantai 12 Mahesa Group terasa lebih hangat—setidaknya untuk Nirina. Hari ini ia merasa sedikit lebih percaya diri. Proposal sudah dicek lima kali, gaun gala dinner sudah dijahit bagian pinggangnya semalam oleh tukang permak ekspres langganan ibunya, dan ia bahkan sudah belajar berjalan pakai heels sambil membawa baki kosong. Namun semuanya berubah tepat pukul 09.37 saat lift eksekutif berbunyi, dan dari balik pintu keluar seorang perempuan ramping bergaun krem elegan, berjaket branded, dan berwajah tajam. Tumit sepatunya terdengar nyaring di lantai marmer. Langkahnya tenang, tapi penuh perhitungan. Mata tajamnya langsung menyisir area resepsionis direksi sebelum berhenti tepat di meja kerja Nirina. Nirina berdiri dan tersenyum ramah.