Sebelum waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, Celina baru sampai di tempat kerjanya. Pikirannya sudah banyak sekali praduga-praduga negatif. Bagaimana pun ia sudah beberapa hari tidak masuk kerja, dan tidak ada memberikan kabar pada teman dan bagan HRD. Hatinya berharap jangan sampai ia dipecat. Karena dengan ia bekerja, setidaknya hidupnya tidak selalu berada di mansion Darren. “Celi, loh kamu udah sehat? Kata ayahmu kamu sedang sakit, dan dirawat. Baru aja kita nanti sore mau jenguk kamu.” Ema–rekan kerjanya langsung menyapa saat ia baru saja masuk ke kantor untuk isi absen dan ganti seragam. Kening Celina sempat mengerut mendengarnya, ia tak menyangka ayahnya kasih kabar ke tempat kerjanya. “Ah, iya Ema, alhamdulillah ini udah enakkan makanya masuk, tapi terlambat datangnya,” balas C