Darren duduk di ruang interogasi dengan tatapan tajam yang tidak lepas dari Talita. Wanita itu duduk di seberang meja dengan tangan terborgol, sesekali menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan ketegangan yang menjalar di tubuhnya. Warno berdiri di sudut ruangan, memperhatikan situasi dengan wajah datar, menunggu instruksi dari Darren. “Jadi, mau bicara atau tidak?” desak Darren, suaranya terdengar dingin, membuat Talita merasakan tekanan yang luar biasa. Talita mendesah pelan, lalu mendongak menatap Darren dengan mata penuh emosi. “Aku tidak tahu apa yang lamu bicarakan, Kak Darren. Aku tidak mencoba membunuh siapa pun.” Darren tertawa sinis. “Jangan pura-pura bodoh, Talita. Semua bukti mengarah padamu. Rekaman pembicaraanmu dengan Ayu, transaksi rekening, dan saksi mata. Kamu