Kavindra berjalan mondar-mandir di depan ruang rawat Sarah dengan wajah pucat dan mata sembab. Genggaman tangannya erat, menahan rasa panik yang sejak semalam belum reda. Dokter yang keluar dari ruangan membuatnya langsung menghampiri. “Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” tanya Kavindra dengan suara serak dan mata yang tidak bisa menyembunyikan rasa cemas. Dokter itu mengangguk kecil, menatap Kavindra dengan tenang. “Demamnya cukup tinggi karena infeksi saluran pernapasan. Tapi untungnya cepat dibawa ke sini. Kami sudah berikan antibiotik dan cairan. Dia butuh istirahat penuh dan tidak boleh kelelahan.” Kavindra mengangguk cepat. “Saya akan pastikan dia istirahat total.” Setelah diizinkan masuk, Kavindra melangkah ke dalam kamar Sarah. Wanita itu terbaring dengan infus menempel di tang