Bab 37

2228 Kata

Pagi itu, langit sedikit mendung. Kabut tipis masih menyelimuti kaca jendela apartemen Fiona di lantai atas. Ia duduk di kursi kayu menghadap balkon, berselimut kimono satin merah marun, dengan rambut setengah digulung dan wajah yang masih terlihat segar. Di tangannya, secangkir kopi hitam mengepul, diletakkan di atas piring kecil berlapis emas tipis. Uap kopi itu naik pelan, mengiringi detak jantung Fiona yang sejak tadi berdegup tidak tenang. Ia menyesap pelan, matanya menatap jauh ke langit kelabu yang bergulung di kejauhan. Tapi bukan pemandangan itu yang dia pikirkan. Sudah hampir satu minggu sejak ia menghubungi Pak Yudha. Detektif bayaran yang dulu pernah ia gunakan saat mulai mencurigai Kavindra berselingkuh—yang ternyata justru membongkar perselingkuhannya sendiri. Ironi yang me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN