Supermarket itu ramai oleh suara roda troli yang berdecit, tawa anak-anak, dan pengumuman dari pengeras suara. Sarah mendorong troli belanjaannya perlahan, matanya menatap rak buah dengan ekspresi hati-hati. Ia memasukkan beberapa apel merah ke troli dan menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Kau harus tetap kuat, Sarah. Jangan biarkan orang-orang tidak bermutu mengganggumu.,” gumamnya dalam hati. Namun rasa tenang itu tak bertahan lama. Dari sudut mata, Sarah menangkap sosok yang tak asing: seorang pria berdiri beberapa rak jauhnya, menatap lurus padanya. Sesaat Sarah membeku. Detak jantungnya langsung mempercepat. Andrew. Wajahnya muncul dengan senyum tipis, penuh kesombongan dan obsesi yang membuat darah Sarah hampir membeku. Ia bersandar santai di rak, seolah tidak