Pagi itu, Kavindra sudah berdiri di depan toko perhiasan terkenal di jantung kota Jakarta sebelum jam operasional dimulai. Ia mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga siku, celana hitam rapi, dan jam tangan kulit favoritnya. Di sampingnya, Evan berdiri sambil memegang gelas kopi dengan wajah lesu. "Bro, kita bisa bahas ini di kafe dulu nggak sih? Pagi-pagi buta ke toko perhiasan kayak dikejar utang," keluh Evan sambil menguap lebar. Kavindra hanya menoleh sekilas. "Ini penting, Van. Gue mau semuanya sempurna. Cincinnya harus sesuai. Sarah pantas dapet yang terbaik." Evan mendengus kecil. "Iya, iya... lo bener-bener lagi jatuh cinta berat ya." Mereka masuk begitu pintu toko dibuka. Seorang konsultan perhiasan menyambut mereka dengan senyum profesional. Kavindra langsu