Pagi di rumah keluarga Leonardo selalu dimulai dengan ketenangan. Terutama sejak semua anak sudah dewasa dan meninggalkan rumah. Namun pagi ini berbeda. Pagi ini, suara langkah kaki perlahan terdengar dari arah tangga yang mengarah ke lantai bawah. Raisa, yang sedang menata sarapan di meja makan, spontan menoleh begitu melihat putranya, Kavindra, turun dengan mengenakan kaus abu dan celana santai. Ia tampak tenang. Rambutnya sedikit berantakan, wajahnya masih menyimpan jejak lelah semalam. Namun tidak ada amarah, tidak ada tekanan. Hanya diam yang berat, seperti seseorang yang menyimpan terlalu banyak pikiran dan belum siap berbagi. Raisa berhenti sejenak. Matanya menatap lama putranya yang akhirnya kembali duduk di meja makan keluarga, setelah tujuh bulan tak pernah menginjakkan kaki la