Mobil hitam yang dikendarai Kavindra perlahan berhenti di depan gerbang tinggi rumah sakit jiwa. Pagar besi berwarna abu-abu itu menjulang, di atasnya terdapat kawat berduri yang berkilau terkena cahaya matahari siang. Dari dalam, petugas keamanan mengenakan seragam rapi berjalan mendekat. Kavindra menurunkan kaca jendela. “Kami ingin menjenguk pasien bernama Fiona.” Petugas memeriksa daftar di tangannya, lalu mengangguk. “Silakan masuk, Pak. Tapi mohon diingat, sesuai protokol, pengunjung tidak boleh membawa barang tajam atau benda apapun yang bisa digunakan untuk melukai diri sendiri atau orang lain.” Sarah duduk di kursi penumpang, diam sejak perjalanan. Matanya menerawang, mencoba mengumpulkan keberanian. Meskipun Fiona sudah berbuat banyak hal kejam padanya, tetap saja mereka dari