Fiona menggeliat di lantai dingin kamar tempatnya dikurung. Rambutnya berantakan, bibirnya pecah-pecah, dan tubuhnya lemah karena makanan yang selalu basi dan sedikit. Namun otaknya masih bekerja. Dia bukan tipe wanita yang menyerah begitu saja. Dia pernah berada di atas, dan dia tahu bagaimana caranya memanipulasi keadaan. Dia hanya perlu satu celah. Dan celah itu datang saat malam hari, ketika para pengawal membicarakan tentang perintah Kavindra. Mereka tidak tahu Fiona mendengar dari balik dinding kamar mandi saat ia pura-pura tidur. Salah satu dari mereka mengatakan, “Jangan macam-macam sama wanita itu. Bos bilang, dia nggak boleh mati dulu sebelum Sarah lahiran. Kalau dia mati, bisa runyam urusan semua.” Ucapan itu melekat di kepala Fiona. Dia tidak boleh mati? Bagus. Itu berarti di