Cahaya mentari pagi menerpa wajah Shakila, menghantarkan sinar hangat yang membuatnya membuka mata perlahan. Shakila berusaha membuka matanya yang berat. Namun, seakan tak sanggup terbuka karena sisa tangisnya kemarin. Sembab di kedua matanya seakan sebesar biji kacang kenari. Lelehan air mata kembali keluar melewati ujung mata mengalir membasahi bantal. Satu-satunya yang ia pikirkan sekarang adalah, Davin. Saat ia bangun di pagi hari, yang pertama ia lihat adalah Davin. Apakah anak itu sudah bangun atau belum. Kemudian ia akan melaksanakan tugasnya untuk memasak dan membersihkan rumah. Derit pintu terdengar tapi, tak membuat Shakila menoleh. Ia tetap berbaring menyamping menghadap jendela kamarnya yang gordennya sedikit terbuka. Amanda berjalan memasuki kamar, berjalan memutari ranj